Namun, kondisi global yang kurang kondusif dan langkah stabilisasi makro yang diambil, di tengah belum optimal reformasi strktural, menyebabkan perekonomian domestik tumbuh melambat. Di tengah dinamika perekonomian global yang kurang menguntungkan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2014 membaik seiring dengan implementasi kebijakan stabilisasi. Defisit transaksi berjalan turun menjadi 3,0% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 3,2% dari PDB. Pemulihan ekonomi global yang berjlan lambat serta harga komoditas global yang masih rendah memberikan tekanan terhadap kinerja ekspor Indonesia yang masih didominasi oleh komoditas berbasis SDA. Namun, perbaikan ekspor manufaktur yang didorong oleh kenaikan pertumbuhan ekonomi negara maju, khususnya Amerika Serikat (AS), dan nilai tukar rupiah yang sesuai fundamental, serta tertahan laju pertumbuhan impor sejalan dengan moderasi permintaan domestik telah membawa defisit transaksi berjalan berjalan menuju tingkat yang lebih sehat
Pada sektor fiskal, pertumbuhan penerimaan terus berada dibawah pertumbuhan nominal PDB meskipun ada sedikit peningkatan dari penerimaan yang terkait dengan pelemahan rupiah. Untuk mendukung sasaran pembangunan pemerintah, upaya berkelanjutan untuk menggerakkan penerimaan menjadi hal yang penting. Reformasi kebijakan penerimaan untuk memperluas basis pajak, menyederhanakan struktur pajak, menyederhanakan jenis pajak, serta secara selektif merevisi tingkat pajak agar sesuai dengan tingkat internasional. Upaya tersebut bisa membantu meningkatkan penerimaan, serta mengurangi distorsi ekonomi dan menurunkan biaya administrasi. Memperbaiki administrasi dan kepatuhan penerimaan pajak dan bukan-pajak melalui pendekatan yang lebih strategis dan berbasis risiko dalam pengelolaan kepatuhan juga akan membantu mengatasi tantangan ini terhadap perekonomian Indonesia
Tahun 2014 yang baru saja berlalu ternyata kembali menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ekonomi global tidak secerah prakiraan semula. Pemulihan memang terus berlangsung di berbagai ekonomi utama dunia, namun dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan harapan dan tidak merata. Harga komoditas dunia pun terus melemah karena permintaan belum cukup kuat, khususnya dari Tiongkok. Di sektor keuangan, ketidakpastian kebijakan the Fed telah meningkatkan kerentanan dan volatilitas di pasar keuangan dunia. Sebagai negara berkembang (emerging market), kita turut merasakan adanya pergeseran arus modal asing keluar dari Indonesia. Selain itu, kita juga dapat mengamati adanya divergensi kebijakan moneter di negara-negara maju. Berbeda dengan the Fed yang berencana melakukan normalisasi kebijakan moneternya, bank sentral Jepang dan Eropa masih perlu menempuh kebijakan moneter yang sangat akomodatif.
Daftar Pustaka :
Anonim. 2015. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2014.